Sejarah
Sejarah tradisi Cheng Beng di Bangka Belitung.
Asal usul Cheng beng di Bangka Belitung!!
Cheng Beng (清明节) adalah tradisi masyarakat Tionghoa yang berasal dari Tiongkok sejak zaman Dinasti Zhou (sekitar 2.500 tahun lalu).
Secara harfiah, Qing Ming berarti “terang dan bersih”.
Tujuan utamanya adalah ziarah kubur untuk menghormati leluhur, membersihkan makam, dan melakukan ritual penghormatan berupa doa, persembahan makanan, kertas sembahyang, dan dupa.
Tradisi ini merupakan bagian dari ajaran Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme, yang menekankan nilai bakti kepada orang tua dan leluhur.
Masuknya Cheng Beng ke Bangka Belitung
Tradisi Cheng Beng dibawa oleh imigran Tionghoa, terutama dari suku Hakka (Khek) yang datang ke Pulau Bangka dan Belitung
sejak abad ke-18.
Kedatangan mereka berkaitan erat dengan aktivitas pertambangan timah yang dikelola Belanda. Banyak pekerja Tionghoa menetap
dan membentuk komunitas.
Seiring waktu, mereka tetap menjaga identitas budaya dan kepercayaan, termasuk menjalankan Cheng Beng setiap tahun.
Pelaksanaan Cheng Beng di Bangka Belitung
1. Waktu
Biasanya dilakukan antara tanggal 4–6 April (kalender Masehi) atau sesuai penanggalan Imlek.
Dipercaya sebagai saat ketika alam berada dalam kondisi sejuk, terang, dan cocok untuk berziarah.
2. Kegiatan Utama
Ziarah kubur: keluarga mendatangi makam leluhur.
Membersihkan makam: mencabut rumput, mengecat nisan, merapikan batu atau tanah kuburan.
Ritual sembahyang: menyalakan dupa, lilin, dan memberikan doa penghormatan.
Persembahan: makanan khas Tionghoa
(seperti ayam, babi panggang, kue keranjang, atau buah-buahan).
Membakar kertas sembahyang (kimcoa) sebagai simbol bekal bagi arwah di alam baka.
3. Kebersamaan Keluarga
Cheng Beng juga menjadi momen berkumpulnya keluarga besar. Setelah ritual di makam, biasanya dilanjutkan dengan makan bersama di rumah atau di lokasi peristirahatan leluhur.
Makna Cheng Beng bagi Masyarakat Bangka Belitung
Penghormatan leluhur :mengingat jasa orang tua dan nenek moyang.
Identitas budaya : memperkuat tradisi Tionghoa yang telah lama melebur dengan masyarakat lokal.
Kebersamaan : menjadi sarana silaturahmi, mempererat ikatan keluarga, dan menjaga hubungan antar-generasi.
Harmoni sosial : walau tradisi ini berasal dari Tiongkok, di Bangka Belitung banyak masyarakat non-Tionghoa yang memahami, menghormati, bahkan ikut mendukung suasana Cheng Beng.
Kesimpulan
Tradisi Cheng Beng di Bangka Belitung merupakan warisan budaya Tionghoa yang
telah berlangsung sejak kedatangan orang-orang Hakka ke pulau ini pada abad ke-18. Hingga kini, Cheng Beng tetap dilestarikan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, menjaga kebersamaan keluarga, sekaligus memperkaya keragaman budaya di Bangka Belitung.
🙏
BalasHapus